Fenomena Selebgram dan Vlogger

by - Oktober 11, 2016


Kita sebagai pengguna media sosial khususnya Instagram mungkin sudah tidak asing lagi dengan Awkarin dan Anya Geraldine. Saat ini seperti yang ada diberita-berita media masa atau media sosial sedang heboh berita mengenai Awkarin atau Karin Novilda dan juga Nur Amalina Hayati atau terkenal dengan nama Anya Geraldine. Karin berumur 19 tahun sementera Anya sekitar 18-20 tahun. Mereka berdua dikenal sebagai selebgram dan juga vlogger. Karin saat ini memiliki sekitar 1,1 juta followers Instagram dan memiliki fanbase bernama “Team Awkarin”. Anya saat ini memiliki dua ratus ribu lebih followers.
Awal kehebohan mengenai Karin bermula saat dia masih menjalin hubungan bersama Gaga Muhammad seorang anak laki-laki yang berumur 16 tahun namun memiliki badan yang bisa dibilang lebih dari usianya. Mereka berdua mengambil foto saat mereka berciuman dan juga kegiatan mesra mereka saat membuat vlog. Tentu saja dengan adanya foto dengan pose tersebut membuat netizen pengguna Instagram menjadi penasaran dengan foto tersebut. Banyak dari netizen yang pro dan kontra seperti salah satu pengguna Instagram yang mengatakan “relationship goals” namun juga yang kontra menulis kalimat-kalimat hinaan untuk Karin. Karin dinilai memiliki gaya hidup yang tidak baik. Ia perokok, peminum minuman keras, dan juga sering memamerkan kehidupan di kelab-kelab malam. Gaya berpakaian Karin juga tergolong seksi dan juga sering berkata kasar dalam postingannya. Lebih heboh lagi saat hubungan Karin dan Gaga putus.  Karin membuat vlog kejutan ulang tahun untuk Gaga dan juga pengakuannya kepada netizen.
Karin berduet dengan rapper Indonesia, Young Lex dan mereka menyanyikan lagu berjudul “BAD”. Dalam lirik lagu tersebut banyak sekali kalimat-kalimat yang negatif. Seperti “I’m bad girl. Bila kau tak pernah buat dosa silahkan hina ku sepuasnya. Kalian semua suci aku penuh dosa”. Lagu tersebut menjadi viral di dunia maya. Di unggah sekitar 3 minggu yang lalu dan sekarang viewers mencapai 9 juta orang. Seolah-olah video musik tersebut adalah jawaban Karin atas komentar pembencinya.
Berbeda dengan Anya, Anya menjadi perbincangan publik terutama para pengguna Instagram karena vlog yang ia buat. Dalam vlog tersebut, Anya sedang berlibur di Bali bersama kekasihnya, Okky Raditya. Vlog tersebut menuai kontroversi di kalangan publik, karena Anya dan Okky merekam kegiatan mereka yang dalam artian kegiatan tidak pantas dilakukan oleh mereka yang belum menikah. Kegiatan mereka itu terlalu intim, seperti berpelukan mesra, berciuman, hingga mandi di bak mandi bersama. Tentu saja perbuatan mereka termasuk vulgar dan tidak pantas dalam budaya orang Timur. Dalam profil Instagram nya, Anya mengaku berprofesi sebagai model.
Baik vlog Karin maupun Anya banyak memberikan hal-hal negatif. Gaya hidup (lifestyle) mereka merupakan contoh yang tidak baik bagi generasi muda Indonesia. Vlog mereka juga telah dilihat oleh anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar. Karena mereka telah diperbincangan kan oleh masyarakat, KPAI pun akhirnya mengetahui mereka. KPAI menyikapi adanya vlog tersebut. Menurut KPAI, tindakan mereka meresahkan masyarakat karena demoralisasi anak-anak. Menurut Erlinda Iswanto, komisioner KPAI, bahwa vlog tersebut diunggah secara sengaja ke media sosial (Youtube) dampaknya bisa mengancam penurunan etika dan moral anak bangsa. Akhirnya, KPAI memanggil mereka berdua. KPAI dan Kemenkominfo terlebih dauhulu memeanggil Karin. Pada Kamis, 29 September 2016 diadakan pertemuan untuk mendiskusikan berkaitan dengan konten-konten negatif di media sosial Karin. Karin mengakui bahwa konten-konten yang dia unggah tidak ada unsur pendidikan dan berdampak negatif, untuk kedepannya ia akan berkembang ke arah postif dan akan memposting konten yang mendidik.
Setelah KPAI memanggil Karin, Anya juga dipanggil pada hari Senin tanggal 3 Oktober 2016. Dalam konten-konten yang di unggah Anya sangat bertentangan dengan norma sosial, agama, dan etika serta melanggar UU tentang pornografi dan pornoaksi. Anya datang bersama kekasihnya dan juga kuasa hukumnya. Ia mengaku menyesal dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya. Meskipun Anya telah menghapus video nya, namun masih ada orang yang reupload nya.
Melihat dua studi kasus diatas saya mengaitkannya dengan post-kolonialisme. Dampak dari post-kolonialisme ini adalah tindakan mimikri dimana peniruan oleh masyarakat terjajah (Indonesia) terhadap budaya masyarakat penjajah (Barat). Peniruan ini termasuk kedalam hal yang negatif. Namun, sebenarnya masih banyak contoh-contoh lain selaian Karin dan Anya. Mengapa saya mengambil contoh mereka karena mereka yang sedang viral di media. Dalam tindakan peniruan ini mereka meniru cara berpacaran dari budaya Barat yang dalam artian pacaran bebas. Gaya berpacaran bebas ini seperti tidak segan ciuman didepan umum, bermesraan, tidur bersama dan lain-lain. Sementera dalam gaya berpakaian mereka juga meniru gaya orang-orang Barat seperti hotpants, minidress, bustier, crop top, lace top, dan lain-lain. Gaya hidup mereka juga meniru kehiudpan malam orang-orang Barat seperti pergi ke kelab malam, berlibur bersama kekasih yang sangat intim.
Sebenarnya di kota-kota besar di Indonesia peniruan ini juga telah muncul pada masyarakat. Contohnya di Jakarta, saat ini para remaja telah berani berpakaian seperti orang Barat yang tidak sesuai dengan norma sosial seperti bustier, crop top, dan hotpants. Karena cara berpakaian tersebut banyak ditiru oleh anak-anak dibawah umur maka timbul istilah “cabe-cabean”. Di Kemang, Jakarta Selatan kita bisa melihat kehidupan malam yang sudah seperti di luar negeri. Dimana makin malam main ramai dan macet. Remaja sekarang sudah tidak malu lagi memakai jenis-jenis pakaian tersebut ke tempa-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, kafe, atau restoran. Kita seharusnya meniru dalam hal-hal yang positif seperti dalam gaya hidup kerja keras, menabung, kemandirian anak yang telah lulus SMA, belajar dengan giat atau sebagianya. Tapi yang sekarang terjadi malah kebanyakan dalam hal negatif seperti yang telah diuraikan dalam studi kasus diatas.

You May Also Like

0 Comments